Senin, 02 Maret 2015

Mengelola Bengkel Sederhana




Beberapa saat yang lalu, saya bertemu dengan salah seorang Autorised Service Shop. Beliau bercerita kalo usahanya bagus, dalam artian banyak pemasukan, tetapi mengapa tetap kesulitan keuangan? Mungkin sebagian dari kita akan langsung berpendapat ya pastilah pengeluaranmu juga banyak.  Mari kita cermati beberapa hal berikut ini:


Populasi Teknisi

Sudahkah teknisi yang ada pada bengkel mencukupi? Untuk menghitung jumlah ideal teknisi pada suatu bengkel baiknya didasarkan atas jumlah keluhan yang ditangani dalam sebulan. Misalkan jumlah keluhan pelanggan tiap bulannya kurang lebih 200 keluhan. Kemampuan menangani keluhan tiap teknisi adalah 4 keluhan perhari. Dengan asumsi jumlah hari kerja 25 hari per bulan maka jumlah idealnya adalah jumlah keluhan dibagi jumlah penanganan keluhan perbulan maka diperoleh jumlah teknisi sebnayak 2 orang.
Ada beberapa bengkel ternyata memiliki kendala jarak. Sebagian besar layanan dilakukan di tempat konsumen yang memakan waktu perjalanan. Perlu disiapkan pula kemampuan teknisi untuk menghadapai kondisi ini. Bukan menambah populasi teknisi. Karena dengan menambah jumlah teknisi maka akan terjadi overpopulasi.


Produktifitas

Produktifitas adalah suatu kemampuan teknisi untuk menyelesaikan keluhan secara cepat dan tepat sasaran. Beberapa bengkel mengaitkan juga faktor service income. Sebenarnya ini dua hal yang berbeda. Untuk produktifitas harusnya dilihat dari kemampuan teknisi dalam menyelesaikan keluhan, tidak terkait dengan income service. Hal ini dikarenakan belum tentu teknisi mendapat bagian yang bersinggungan langsung dengan income, misalkan saja teknisi bagian refurbishment yang berhubungan dengan barang yang kembali karena ada keluhan minor yang harus diperbaiki dan barang dapat dijual lagi.
Beberapa bengkel juga menerapkan sistem point dalam  hal produktifitas. Beberapa jenis pekerjaan yang dinilai sulit, mendapat kredit point lebih banyak dari pekerjaaan sederhana. Hal ini dimaksudkan agar teknisi tidak memilih mengerjakan pekerjaan yang mudah saja. Pemberian point akan sedikit kacau jika ternyata menghadapi keluhan yang dianggap berpoint rendah ternyata sulit dikerjakan atau sebaliknya ada keluhan yang biasanya sangat susah tetapi ternyata begitu mudah dikerjakan.

Service Income

Adalah hal-hal yang berkaitan dengan aliran dana. Service income terdiri atas penjualan jasa perbaikan, penjualan spare part atau keduanya. Beberapa bengkel menerapkan tarif minimal pada tiap penanganan keluhan. Pemberlakuan kebijakan ini berakibat terjadinya beberapa bentuk penyimpangan yang merugikan konsumen. Misalnya jasa membersihkan AC ukuran 1 PK adalah 75 ribu rupiah. Bengkel menerapkan kebijakan bahwa income minimal adalah 100 ribu rupiah. Untuk mengejar kebijakan tersebut maka teknisi mungkin akan meminta konsumen melakukan tambahan pekerjaan, menambah Freon misalnya.
Dalam usaha untuk memperbesar service income tidak dibenarkan menambahkan hal-hal diluar jenis pekerjaan. Tidak diperkenankan mengganti part yang masih berfungsi baik. Teknisi hanya mengganti part yang rusak, kecuali part tersebut dalam satu paket. 

Demikian sedikit tutorial ini, semoga bermanfaat

Tidak ada komentar :

Posting Komentar